Paul Hersey dan
Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut :
“Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.
Pengertian
kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458) adalah :
“Kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi
orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai yang diinginkan pemimpin”.
Sedangkan, James
A.F. Stoner (1982:468) mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:
“Kepemimpinan
manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas
anggota kelompok”.
Gaya Kepemimpinan
Hersey dan
Blanchard membedakan adanya 4 gaya
kepemimpinan, yaitu :
1.
Mengatakan (Telling), pemimpin mendefinikan peranan-peranan yang dibutuhkan
untuk melakukan tugas dan mengatakan pada pengikutnya apa, dimana, bagaimana,
dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya.
2.
Menjual (Selling), pemimpin menyediakan instruksi-instruksi terstruktur
bagi pengikutnya, tetapi juga suportif.
3.
Berpartisipasi (Participating), pemimpin dan pengikut
saling berbagi dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik
untuk menyelesaikan tugas dengan kualitas tinggi.
4.
Mendelegasikan (Delegating), pemimpin menyediakan
sedikit pengarahan secara seksama , spesifik atau dukungan pribadi terhadap
pengikut-pengikutnya.
1.
Otoriter
a.
Semua determinasi “policy” dilakukan oleh pimpinan.
b.
Teknik-teknik dan
langkah-langkah aktivitas ditentukan oleh pejabat satu per satu, hingga
langkah-langkah mendatang senantiasa tidak pasti.
c.
Pemimpin biasanya mendikte
tugas pekerjaan khusus dan teman sekerja setiap anggota.
d.
“Dominator” cenderung bersikap
pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaan setiap anggota; ia tidak turut serta
dalam partisipasi kelompok secara aktif kecuali apabila ia memberikan
demonstrasi.
2.
Demokratis
a
Semua “policies” merupakan bahan pembahasan kelompok dan keputusan
kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.
b
Perspektif aktivitas dicapai
selama diskusi berlangsung. Dilukiskan langkah-langkah umum ke arah tujuan
kelompok dan apabila diperlukan nasihat teknis, maka pemimpin menyarankan dua
atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih.
c
Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan
pembagian tugas diserahkan pada kelompok.
d
Pemimpin bersifat objektif
dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok
secara mental, tanpa terlalu banyak melakukan pekerjaan tersebut.
3. Laissez-Faire
a.
Kebebasan lengkap untuk
keputusan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin.
b.
Macam-macam bahan disediakan
oleh pemimpin, ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak
turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
c.
Pemimpin tidak berpartisipasi
sama sekali.
d.
Komentar spontan yang tidak
frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali
untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.
Model Kepemimpinan
1. Model
Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)
Model kontingensi ciptaan Fred E. Fiedler merupakan “kakek”
dari semua model kontingensi lainnya. Tidak ada seorang yang dapat menjadi
pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi. Pemimpin itu akan
berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk
menghadapi situasi yang berbeda.
Ada 3 sifat situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan,
yaitu :
1.
Hubungan pemimpin-anggota,
merupakan variabel yang sangat kritis dalam menentukan situasi yang
menguntungkan.
2.
Derajat susunan tugas,
merupakan masukan kedua sangat penting bagi situasi yang menguntungkan.
3.
Kedudukan kekuasaan pemimpin
yang diperoleh melaui wewenang formal, merupakan dimensi sangat kritis yang
ketiga dari situasi.
2. Model 3 Dimensi
Kepemimpinan (Reddin)
Pendekatan
ini dinamakan 3-D model (model 3 dimensi) karena pendekatan ini menghubungkan
tiga kelompok gaya
kepemimpinan yaitu :
1.
Kelompok gaya
dasar, dibagi menjadi gaya
pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
2.
Kelompok gaya
efektif, dibagi menjadi gaya
birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan eksekutif.
3.
Kelompok gaya
tak efektif, dibagi menjadi gaya
pelari, otokrat, penganjur, dan kompromis.
3.
Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Kedua orang ahli tersebut berpendapat bahwa ada tiga
perangkat faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin dalam memilih gaya kepemimpinan yang
akan dilakukan. Tiga faktor tersebut adalah :
1.
Kekuatan pimpinan, misalnya
latar belakang pendidikan, latar belakang kehidupan pribadi, pengetahuan,
kecerdasan, pengalaman, dan lain-lain.
2.
Kekuatan bawahan, menyebabkan
pimpinan memilih gaya
demokratis apabila bawahan sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan
bertindak, ingin memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan.
3.
Kekuatan situasi, mempengaruhi
pemilihan gaya
kepemimpinan seperti suasana organisasi, kelompok kerja khusus, tekanan waktu,
dan faktor lingkungan lainnya.
4. Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta
Bawahan dalam Pembuatan Keputusan (Vroom-Yetton)
Kedua orang ahli tersebut berpendapat bahwa ada dua macam
kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan
bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara
lain :
1. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
2. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan
5. Model Kontingensi Lima
Faktor (Farris)
Pengaruh terhadap
perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu sendiri maupun dari bawahan
dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua sumber tersebut. Ketepatan
macam perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu :
1. Wewenang pengawasan mengenai masalah yang ada
2. Wewenang anggota kelompok mengenai masalah
3. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan pada pimpinan
4. Pentingnya penerimaan keputusan pada anggota kelompok
5. Tekanan waktu
6. Model Kepemimpinan
Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut penemuan
studi yang pernah mereka lakukan, dapat dibedakan adanya dua macam perilaku
kepemimpinan, yaitu :
1.
Pencapaian beberapa sasaran
kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan
tugas.
2.
Pemeliharaan dan penguatan
kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan
hubungan antar orang.
7. Model Kepemimpinan
“path-goal” (Evans dan House)
Pendekatan “path-goal” berdasarkan pada model
pengharapan yang menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya
atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai
sumber imbalan. Pendekatan ini mencoba untuk meramalkan bagaimana perbedaan
tipe imbalan dan perbedaan gaya
kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.
Evans berpendapat
bahwa gaya
kepemimpinan mempengaruhi imbalan yang disediakan bagi bawahan sebaik seperti
perasaan bawahan tentang apa yang telah mereka kerjakan untuk mencapai imbalan
mereka. Misalnya, pemimpin akan manawarkan jajaran imbalan yang luas bagi para
bawahan – tidak hanya upah dan promosi, tetapi juga dukungan, semangat,
keamanan, serta penghargaan.
8. Model Kepemimpinan
“Vertical Dyad Linkage” (Graen)
Model ini dinamakan
pula “Vertical Dyadic Theory” oleh
Martin J. Gannon. Dalam model ini Graen menitikberatkan pada “dyad” yaitu
hubungan antara pemimpin dengan tiap-tiap bawahannya secara bebas. Tiap-tiap
pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap individu
bawahannya. Pendekatan ini berusaha memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan
yang ada pada tiap bawahan.
9. Model Kepemimpinan
Sistem (Bass)
Pendekatan model
kepemimpinan sistem terdiri dari :
1. Input
a.
Organisasi yang meliputi
batasan, kejelasan, kehangatan, entrope, dan lingkungan luar.
b.
Kelompok kerja yang meliputi
pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung jawab pada kelompok.
c.
Tugas yang meliputi umpan
balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri manajerial.
d.
Kepribadian bawahan yang
meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan perhatian dan pikiran
pada diri sendiri.
2. Hubungan
a.
Pembagian kekuasaan antara
pimpinan dan bawahan
b.
Penyebaran informasi antara
atasan dan bawahan
c.
Struktur ketat dan struktur
longgar
d.
Tujuan jangka pendek dan jangka
panjang
3. Perilaku Pemimpin
a.
Direktif, pemimpin
memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
b.
Manipulatif, pemimpin berbaik
hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan kesempatan, keyakinan,
harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali tugas-tugas
untuk menyeimbangkan beban kerja.
c.
Konsultatif, pemimpin terus
terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan, mencoba ide
mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d.
Partisipatif, pemimpin membuat
keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran kelompok ke dalam
operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan bersahabat.
e.
Delegatif, pemimpin menunjukkan
kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengikuti
arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.
4. Output
a.
Prestasi
b.
Kepuasan yang meliputi
pekerjaan dan pengawas
10. Model Kepemimpinan
Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Menurut Hersey dan Blanchard (1982:150) berdasarkan pendekatan
situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi orang atau tiada satu
jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan situasi didasarkan atas hubungan
antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat kematangan bawahan.
Kepemimpinan situasional didasarkan pada saling pengaruh antara :
1.
sejumlah petunjuk dan
pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2.
sejumlah pendukungan emosional
(perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3.
tingkat kematangan yang
ditunjukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau
sasaran.
0 komentar:
Posting Komentar