Novel Moga Bunda Disayang Allah ini adalah novel karangan Tere-Liye
kedua yang diterbitkan oleh Republika yang bercerita tentang
kanak-kanak. Cerita ini diilhami dari kisah nyata Hellen Adams Keller.
Keller lahir 27 Juni 1880 di Alabama. Ia sebenarnya tidak terlahir buta
dan tuli ( sekaligus bisu), hingga usia 19 ketika keterbatasan itu
datang. Ibunya membawa Hellen menemui Alexander Graham Bell yang saat itu sedang menangani anak-anak tuli. Bell,
menyarankan Hellen dan ibunya ke Institute Perkins for The Blind, di
Boston. Institut ini lalu mengirimkan Anne Sullivan untuk menjadi guru
Hellen.
Tahun 1980, Hellen mulai belajar
bicara dengan menggunakan metode Tadoma. Metode Tadoma adalah metode
berbicara menggunakan gerakan tangan, menyentuh bibir dan menyentuh
leher. Ibu jari dibibir pembicara dan ketiga jari tengahnya menyentuh
leher pembicara.
Dalam Novel ini
diceritakan seorang anak bernama Melati penderita buta dan tuli untuk
bisa mengenali dunia, dan juga perjuangan seorang Pemuda bernama Karang
untuk bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian 18 anak
didiknya dalam kecelakaan kapal.
Melati
bocah berusia 6 tahun yang buta dan tuli sejak dia berusia 3 tahun.
Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia tidak memiliki akses untuk
bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua tertutup
baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang
ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu
akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit
dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa
mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang
tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati.
Adalah
Karang, yang akhirnya menjadi guru Melati. Karang sebenarnya hampir
kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam
kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari menghantuinya
selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika ibunya
Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap
anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan ibunya Melati.
Tidak
mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya
Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang ?, bagaimana caranya
Melati bisa melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa
menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati
tidak mempunyai akses untuk tahu. Tidak mempunyai cara untuk mengenal
apa yang ingin dia kenal.
Karang hampir
putus asa. Lalu keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut
telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di sela jemarinya.
Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang
akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah karang menuliskan kata
Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan berkata A-I-R.
Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu bernama air.
Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan
sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah
semua panca indera disitu. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia
bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan
sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar