Pages

09 April 2012

Bidadari-Bidadari Surga

Pernah baca novel hafalan doa Delisa? nah ini ada novel lain yang judulnya Bidadari-Bidadari Surga adalah karangan orang yang sama yaitu tere liye. Berikut resensi novel Bidadari-Bidadari Surga.

Novel Bidadari Bidadari Surga karya Tere Liye ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang hidup sangat sederhana sekali di Lembah Lahambay. Kemiskinan, keterbatasan membuat mamak dan Kak Laisa, harus membanting tulang demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya. Sejak suaminya meninggal dunia, mamak Lainuri bekerja keras setiap hari, bangun pagi untuk mengumpulkan rotan dan berkebun.


Laisa adalah anak perempuan tertua mamak Lainuri. Secara fisik, dia tidak begitu cantik, pendek, hitam dan sangat berbeda dengan adik-adiknya yang berkulit putih dan berpawakan tinggi. Namun demikian, Kak Lais (begitu sapaan akrabnya) sangat menyayangi adik-adiknya meski dia selalu besikap galak (sebenarnya tegas) dan jarang sekali tersenyum.

Hingga suatu hari Kak Lais divonis menderita kanker paru-paru stadium 4. Sebenarnya sakitnya telah lama, namun dia selalu menyembunyikannya sendiri. Kian hari penyakitnya makin parah. Ini membuat mamak Lainuri akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada adik-adik Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan si cantik Yashinta.

Dalimunte yang diceritakan oleh Tere Liye sebagai Profesor Fisika Muda, terpaksa menutup acaranya yang membahas tentang penelitian “Pembuktian Tak Terbantahkan Bulan Yang Pernah Terbelah”, setelah mendapatkan sms dari mamak. Dalimunte sangat terburu-buru, dia bergegas pulang ke Indonesia. Di sepanjang perjalanannya dia selalu terbayang Kak Lais. Bagaimana pengorbanan Kak Lais selama ini untuk dirinya, hingga sekarang ia menjadi Profesor muda.

Lain lagi dengan Ikanuri dan Wibisana, dua sigung kembar (sebenarnya tidak kembar) ini baru saja tiba di Italia untuk bisnis otomotif ketika mendapat sms dari mamak. Alhasil mereka langsung membatalkan bisnis dan segera beranjak pulang. Wajah Kak Lais selalu membayang, perasaan bersalah selalu muncul, terlebih saat mereka mengatakan bahwa Kak Lais bukanlah kakak kandung mereka, yang menyebabkan Kak Lais sangat terpukul dan menangis. Meski itu adalah kenyataan. Begitu pula dengan si bungsu, Yashinta yang sedang melakukan penelitian tentang sekelompok burung di gunung Semeru.

Setelah sekian lama menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai juga dirumah, di Lembah Lahambay. Tangis sendu bersahut-sahutan. Mereka tak menyangka, orang yang terbaring lemah di ranjang adalah kakak mereka yang dulu sangat kuat, tegas, penyayang dan rela berkorban demi adik-adiknya. Hingga Kak Lais rela dilangkahi adik-adiknya, sampai kini ia menjadi perawan tua. sebuah fragmen kehidupan yang cermat sekali Tere Liye mengungkapkannya.

Permintaan terakhir Kak Laisa adalah ingin melihat Yashinta menikah. Terang saja Yashinta menolak. Ia tahu benar bagaimana posisi Kakaknya sekarang. Dia tak ingin mengulangi kepahitan dan kepedihan Kakaknya dulu. Tapi, setelah dipikir-pikir, dipertimbangkan, dan dibujuk akhirnya Yashinta mengabulkan keinginan itu. Ia menikah dengan teman baiknya Goughsky pemuda uzbek. Ijab Qobul pun telah berlangsung.

Bagai parade sejuta kupu-kupu bersayap kaca, menerobos atap rumah, turun dari langit-langit kamar, lantas mengambang di ranjang. Lembut menjemput. Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali. Senja itu, seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya. Bergabung denga bidadari-bidadari surga lainnya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;