Pernah baca novel hafalan doa
Delisa? nah ini ada novel lain yang judulnya Bidadari-Bidadari Surga
adalah karangan orang yang sama yaitu tere liye. Berikut resensi novel
Bidadari-Bidadari Surga.
Novel Bidadari Bidadari Surga karya Tere Liye ini menceritakan
tentang sebuah keluarga yang hidup sangat sederhana sekali di Lembah
Lahambay. Kemiskinan, keterbatasan membuat mamak dan Kak Laisa, harus
membanting tulang demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan
adik-adiknya. Sejak suaminya meninggal dunia, mamak Lainuri bekerja
keras setiap hari, bangun pagi untuk mengumpulkan rotan dan berkebun.
Laisa adalah anak perempuan tertua mamak Lainuri. Secara fisik, dia
tidak begitu cantik, pendek, hitam dan sangat berbeda dengan
adik-adiknya yang berkulit putih dan berpawakan tinggi. Namun demikian,
Kak Lais (begitu sapaan akrabnya) sangat menyayangi adik-adiknya meski
dia selalu besikap galak (sebenarnya tegas) dan jarang sekali tersenyum.
Hingga suatu hari Kak Lais divonis menderita kanker paru-paru stadium
4. Sebenarnya sakitnya telah lama, namun dia selalu menyembunyikannya
sendiri. Kian hari penyakitnya makin parah. Ini membuat mamak Lainuri
akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada adik-adik Laisa, Dalimunte,
Ikanuri, Wibisana, dan si cantik Yashinta.
Dalimunte yang diceritakan oleh Tere Liye sebagai Profesor Fisika
Muda, terpaksa menutup acaranya yang membahas tentang penelitian
“Pembuktian Tak Terbantahkan Bulan Yang Pernah Terbelah”, setelah
mendapatkan sms dari mamak. Dalimunte sangat terburu-buru, dia bergegas
pulang ke Indonesia. Di sepanjang perjalanannya dia selalu terbayang Kak
Lais. Bagaimana pengorbanan Kak Lais selama ini untuk dirinya, hingga
sekarang ia menjadi Profesor muda.
Lain lagi dengan Ikanuri dan Wibisana, dua sigung kembar (sebenarnya
tidak kembar) ini baru saja tiba di Italia untuk bisnis otomotif ketika
mendapat sms dari mamak. Alhasil mereka langsung membatalkan bisnis dan
segera beranjak pulang. Wajah Kak Lais selalu membayang, perasaan
bersalah selalu muncul, terlebih saat mereka mengatakan bahwa Kak Lais
bukanlah kakak kandung mereka, yang menyebabkan Kak Lais sangat terpukul
dan menangis. Meski itu adalah kenyataan. Begitu pula dengan si bungsu,
Yashinta yang sedang melakukan penelitian tentang sekelompok burung di
gunung Semeru.
Setelah sekian lama menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai juga
dirumah, di Lembah Lahambay. Tangis sendu bersahut-sahutan. Mereka tak
menyangka, orang yang terbaring lemah di ranjang adalah kakak mereka
yang dulu sangat kuat, tegas, penyayang dan rela berkorban demi
adik-adiknya. Hingga Kak Lais rela dilangkahi adik-adiknya, sampai kini
ia menjadi perawan tua. sebuah fragmen kehidupan yang cermat sekali Tere
Liye mengungkapkannya.
Permintaan terakhir Kak Laisa adalah ingin melihat Yashinta menikah.
Terang saja Yashinta menolak. Ia tahu benar bagaimana posisi Kakaknya
sekarang. Dia tak ingin mengulangi kepahitan dan kepedihan Kakaknya
dulu. Tapi, setelah dipikir-pikir, dipertimbangkan, dan dibujuk akhirnya
Yashinta mengabulkan keinginan itu. Ia menikah dengan teman baiknya
Goughsky pemuda uzbek. Ijab Qobul pun telah berlangsung.
Bagai parade sejuta kupu-kupu bersayap kaca, menerobos atap rumah,
turun dari langit-langit kamar, lantas mengambang di ranjang. Lembut
menjemput. Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali. Senja itu,
seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya. Bergabung denga
bidadari-bidadari surga lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar