Makam Engku Putri
Makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud ini terletak di pulau
Penyengat Indra Sakti. Pulau Penyengat adalah milik Engku Putri, karena
pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya
sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri adalah pemegang regalia
kerajaan Riau.
Bangunan makam terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok pada
tempat yang ketinggian. Dahulu atap bangunan makam dibuat
bertingkat-tingkat dengan hiasan yang indah.
Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, seperti makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid)
Yang Dipertuan Muda Riau IX, makam raja Ali Haji, pujangga Riau yang
terkenal “Gurindam Dua Belas”, makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah
Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri – Yang Dipertuan
Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain.
Sejarah Riau mencatat bahwa Engku Putri (Raja Hamidah) adalah putri
Raja Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang – Yang Dipertuan Muda
Riau IV – yang termashur sebagai pahlawan Riau dalam menentang
penjajahan Belanda. Sebagai putri tokoh ternama, Engku Putri besar
peranannya dalam pemerintahan kerajaan Riau, sebab selain memegang
regalia (alat-alat kebesaran kerajaan) beliau adalah permaisuri Sultan
Mahmud, dan tangan kanan dari Raja Jaafar – Yang Dipertuan Muda Riau VI.
Sebagai pemegang regalia kerajaan, beliau sangatlah menentukan dalam
penabalan sultan, karena penabalan itu haruslah dengan regalia kerajaan.
Engku putri pernah pula melakukan perjalanan ke beberapa daerah lain,
seperti ke Sukadana, Mempawah dan lain-lain untuk mempererat tali
persaudaraan antara kerajaan Riau dengan kerajaan yang dikunjunginya.
Tokoh ternama dari kerajaan Riau ini mangkat di pulau Penyengat bulan Juli tahun 1884.
Mesjid Raya Sultan Riau
Mesjid yang menjadi kebanggaan orang Melayu Riau ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Bangunan mesjid ini seluruhnya terbuat dari beton, berukuran 18 x 19,80 meter. Di bagian dalam ruang utama terdapat empat buah tiang utama. Pada keempat sudut bangunan berdiri empat buah menara, sedangkan atapnya terdiri dari 13 buah kubah yang unik. Cerita masyarakat tempatan menyebutkan,untuk membangun mesjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.
Di dalam mesjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno (terutama yang
menyangkut agama Islam) yang dulunya menjadi koleksi perpustakaan
didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI Ahmadi,Yang Dipertuan Muda Riau X.
Benda lain yang menarik dan terdapat dalam mesjid ini adalah mimbarnya
yang indah, serta kitab suci AI Qur’an tulisan tangan.
Bekas Gedung Tabib Kerajaan
Sisa gedung Engku Haji Daud ini hanya berupa empat bidang dinding
tembok dengan beberapa buah rangka pintu dan jendela. Gedung ini dahulu
dikenal dengan sebutan Gedung Engku Haji Daud atau Gedung Tabib
Kerajaan, karena beliau adalah Tabib Kerajaan Riau. Bekas gedung ini
banyak menarik pengunjung karena disamping peninggalan sejarah juga
terletak di tengah kediaman ramai.
Makam Raja Haji
Raja Haji-Yang Dipertuan Muda Riau IV-adalah pahlawan Melayu yang
amat termashur. Beliau berperang melawan penjajah Belanda sejak berusia
muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Tetuk Ketapang
tahun 1784.
Raja Haji yang hidup antara tahun 1727-1784 itu telah membuktikan
dirinya sebagai pemimpin, hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah
mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap
stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan
negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber
perekonomiannya di Timur.
Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji
adalah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan
Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji
diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji
Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.
Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang,
jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru
beberapa tahun kemudian jenazah beliau dibawa ke pulau Penyengat dan
disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat,
bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di
kerajaan Riau-Lingga.
Makam Raja Jaafar
Raja Jaafar – Yang Dipertuan Muda Riau VI – adalah putra Raja Haji
Sahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang. Raja Jaafar menjadi Yang
Dipertuan Muda Riau VI tahun 1806-1831. Ketika mangkatnya digelar Marhum
Kampung Ladi.
Kompleks makam almarhum Raja Jaafar seluruhnya dibuat dari beton,
indah dan kokoh. Pada makam ini terdapat pilar-pilar, kubah-kubah dari
beton yang dihiasi ornamen yang menarik. Di luar cungkup makam ini,
dalam kompleks makam terdapat pula kolam air yang dilengkapi tangga batu
tempat berwuduk. Di kompleks makam ini terdapat pula makam-makam
keluarga bangsawan lainnya.
Makam Raja Abdurrakhman
Raja Abdurrakhman – Yang Dipertuan Muda Riau VII – ketika mangkatnya
digelar Marhum Kampung Bulang. Raja Abdurrakhman menjadi Yang Dlpertuan
Muda Riau tahun 1832-1844. Beliau terkenal aktif dalam menggalakkan
pembangunan di pulau ini, serta taat beribadah. Salah satu hasil upaya
beliau yang utama adalah pembangunan Mesjid Raya Penyengat. Karena
jasanya itutah, ketika beliau meninggal dunia jenazahnya dikebumikan
hanya beberapa ratus meter di bagian belakang mesjid, terdapat pada
sebuah lereng bukit.
Bekas Istana Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah
Bangunan bekas istana Sultan Riau yang terakhir ini hanya berupa
puing-puing belaka dahulu. Istana ini disebut Kedaton, dengan lapangan
luas di sekitarnya.
Istana ini mulai rusak sejak Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah
(1833-1911) meninggalkan Penyengat karena dimusuhi Belanda, akibat sikap
beliau menentang pemerintahan Betanda tahun 1911. Beliau segera ke Daik
dan bergegas meninggalkan Daik dan untuk selanjutnya bermukim di
Singapura sampai akhir hayatnya. Sejak itu istana ini tinggal terlantar
dan akhirnya runtuh sama sekali, kini tinggal puingnya.
Bekas Gedung Tengku Bilik
Bangunan ini bertingkat dua, walaupun sudah rusak tapi bentuk aslinya
masih kelihatan. Bentuk bangunannya merupakan ciri-ciri kesukaan para
bangsawan Melayu akhir abad XIX, karena seni bangunan seperti itu masih
ditemui di Singapura (istana Kampung Gelam), di Johor dan tempat-tempat
lain di semenanjung Malaysia. Bangunan ini masih ditempati sampai masa
Perang Dunia II dan sekarang masih menarik pengunjung yang datang ke
pulau Penyengat.
Pemilik gedung ini, yaitu Tengku Bilik, adik sultan Riau terakhir, bersuamikan Tengku Abdul Kadir.
Gudang Mesiu
Tak seberapa jauh dari Mesjid Raya Penyengat terdapat bangunan kecil
yang seluruhnya terbuat dari beton, tampak amatlah kokoh dengan
temboknya setebal satu hasta dengan jendela-jendela kecil berjeriji
besi.
Sesuai dengan namanya, gedung ini dahulunya tempat menyimpan mesiu,
yang oleh penduduk di daerah ini disebut obat bedil. Melihat gedung ini
akan memberi bayangan betapa siapnya kerajaan Riau – Lingga dalam
menentang penjajahan di negerinya.
Dahulu, menurut cerita tempatan, di pulau ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan mesiu dan kini hanya tinggal satu ini.
Kubu dan Parit Pertahanan
Di Penyengat terdapat kubu dan parit pertahanan kerajaan Riau dalam
peperangan melawan Belanda tahun 1782-1784. Kubu-kubu ini terletak di
bukit Penggawa, bukit Tengah dan bukit Kursi. Dahulu, kubu-kubu ini
seluruhnya dilengkapi dengan meriam dalam berbagai ukuran. Bagi para
wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah menarik, karena selain
mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam dari kubu-kubu ini sangat
indah pula.
Balai Adat Indra Perkasa
Gedung dengan arsitektur tradisional Melayu Kepulauan ini dijadikan
Balai Adat untuk memperagakan berbagai bentuk upacara adat Melayu.
Letaknya di tepi pantai menghadap laut lepas, amatlah mempesona.
Di dalam gedung ini dapat dilihat tata ruangan dan beberapa benda
kelengkapan adat Resam Melayu atau beberapa atraksi kesenian yang
diadakan untuk menghormati tamu tertentu
sumber : http://www.riau.go.id
2 komentar:
Assalammualaikum..
Mantap mas bro.. foto²nya sedikit mengobati rasa rindu saya hehehe.. penyengat oh penyengat..
Salam blogger from "ebyislam.blogspot.com" ;)
Hehehe......., kapan2 kita jalan k penyengat yok mas bro?
Posting Komentar