Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang
yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa
kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone sekelas Blackberry,
memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri,
dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup
bahagia. Namun apakah betul seperti itu? Simak tulisan berikut ini.
Kebahagiaan untuk Orang yang Beriman dan Beramal Sholeh
Saudaraku … Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah
yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena
hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari
Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat
kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun
jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah
orang-orang yang paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman
Allah Ta’ala berikut.
Pages
Majalah Islam Ababil Materinya campur antara akhlak, aqidah, teladan, sejarah, konpirasi dan lain-lain. Sangat menambah pengetahuan dan wawasan kita sebagai muslim, dan tentunya (yang sama-sama kita harapkan) adalah menambah Ketaqwaann kita kepada Allah SWT.
Majalah Ababil adalah ebook berbentuk majalah yang mengulas mengenai akhlak Rasulullah SAW, para sahabat, mengupas hal – hal seputar kehidupan umat Islam ,mitos mitos sehubungan dengannya, seni dan fenomena akhir zaman.
Edisi Majalah Ababil yang saya miliki hanya enam edisi, dan silahkan anda download.
Majalah Ababil adalah ebook berbentuk majalah yang mengulas mengenai akhlak Rasulullah SAW, para sahabat, mengupas hal – hal seputar kehidupan umat Islam ,mitos mitos sehubungan dengannya, seni dan fenomena akhir zaman.
Edisi Majalah Ababil yang saya miliki hanya enam edisi, dan silahkan anda download.
10 Januari 2012
E-Book,
Sejarah
0
komentar
SIAPAKAH PARA PEMBUNUH DEWAN JENDERAL PADA PERISTIWA G30S?
Waktu kita dulu masih sekolah di SD, SMP dan SMA
pasti pernah belajar Sejarah Perjuangan Bangsa. Yang paling menarik dari
mata pelajaran tersebut (PSPB) adalah Peristiwa Gerakan 30 September
yang lebih dikenal dengan nama G30S/PKI. Bahkan pada saat itu semua anak
(siswa) diwajibkan menonton film drama G30S/PKI yang biasa diputar di
TVRI pada tanggal 29 September. Tapi terus terang saya belum pernah
nonton secara menyeluruh film tersebut walau setiap tahun sering
diputar. Malah di salah satu SD ada yang mewajibkan nonton film tersebut
yang secara khusus diputar di bioskop.
Tapi apakah anda yakin bahwa yang melakukan
pembunuhan para Dewan Jenderal itu adalah PKI yang notabene partai yang
dekat dengan Ir. Soekarno, apakah mungkin seorang anak kesayangan tega
melakukan pengkhianatan terhadap ayahnya yang sangat menyayangi.

Kesan pertama yang kutangkap saat itu adalah mengapa seseorang yang memangku jabatan di pemerintahan mampu menghasilkan karya sastra yang begitu gemilang. Karya seorang seniman, entah sastrawan, penyanyi atau apapun, didasarkan pada pengamatan, penghayatan bahkan pengalaman dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, selanjutnya dituangkan dalam karya seninya seperti syair, novel, lagu ataupun gurindam. Maka bila seorang pejabat kerajaan mampu menulis gurindam jelaslah bahwa dalam kesehariannya beliau tidak sekedar duduk di singgasana tetapi rajin berinteraksi langsung dengan kehidupan rakyatnya. Suatu sikap pemimpin yang saat ini langka ditemukan.
Dalam kehidupan bangsa Melayu nasihat-nasihat dituangkan secara turun-temurun secara lisan dalam bentuk pantun, madah maupun gurindam. Nasihat tersebut terus diingat dan menjadi pedoman hidup yang terinternalisasi dalam pribadi individu. Barangkali Radja Ali Hadji ingin memberikan nasihat kepada rakyatnya. Ternyata tidak hanya bagi rakyatnya di Kesultanan Riau tetapi lebih luas kepada bangsa Melayu bahkan menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Pada makam beliau di pulau Penyengat Kepulauan Riau tertulis “Raja Ali Haji Bapak Bahasa Melayu Indonesia Budayawan Di Gerbang Abad XX” sekaligus beliau sebagai Pahlawan Nasional.
Daik (Bekas Pusat Kerajaan Riau Lingga)
Daik, dahulunya hampir selama seratus tahun menjadi pusat kerajaan
Riau-Lingga, sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten
Kepulauan Riau.
Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui perahu
atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik
mengering dan tak dapat dilalui. Perhubungan lainnya adalah melalui
jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu
terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga,
berseberangan dengan Senayang.
Selama seratus tahun Daik menjadi pusat kerajaan, tentulah terdapat
berbagai peninggalan sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan
Riau-Lingga yang memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di
Daik Lingga yaitu : Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad
Syah (1832-1841), Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857), Sultan
Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan Sultan Abdurrakhman Muazzam
Syah (1883-1911).
Mesjid Jamik Daik
Mesjid Jamik terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa awal
beliau memindahkan pusat kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber
tempatan menyebutkan bahwa bangunan mesjid ini dimulai sekitar tahun
1803, dimana bangunan aslinya seluruhnya terbuat dari kayu. Kemudian
setelah Mesjid Penyengat selesai dibangun, maka bangunan Mesjid Jamik
ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.
Mesjid ini di dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang
penyangga kubah atau lotengnya. Pada mimbarnya terdapat tulisan yang
terpahat dalam aksara Arab-Melayu (Jawi), berisi : “Muhammad SAW. Pada
1212 H hari bulan Rabiul Awal kepada hari Isnen membuat mimbar di dalam
negeri Semarang Tammatulkalam.” Tulisan ini memberi petunjuk, bahwa
mimbar yang indah ini dibuat di Semarang, Jawa Tengah dengan memasukan
motif-motif ukiran tradisional Melayu.
Makam Engku Putri
Makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud ini terletak di pulau
Penyengat Indra Sakti. Pulau Penyengat adalah milik Engku Putri, karena
pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya
sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri adalah pemegang regalia
kerajaan Riau.
Bangunan makam terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok pada
tempat yang ketinggian. Dahulu atap bangunan makam dibuat
bertingkat-tingkat dengan hiasan yang indah.
Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, seperti makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid)
Yang Dipertuan Muda Riau IX, makam raja Ali Haji, pujangga Riau yang
terkenal “Gurindam Dua Belas”, makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah
Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri – Yang Dipertuan
Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain.
Sejarah Riau mencatat bahwa Engku Putri (Raja Hamidah) adalah putri
Raja Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang – Yang Dipertuan Muda
Riau IV – yang termashur sebagai pahlawan Riau dalam menentang
penjajahan Belanda. Sebagai putri tokoh ternama, Engku Putri besar
peranannya dalam pemerintahan kerajaan Riau, sebab selain memegang
regalia (alat-alat kebesaran kerajaan) beliau adalah permaisuri Sultan
Mahmud, dan tangan kanan dari Raja Jaafar – Yang Dipertuan Muda Riau VI.
Sebagai pemegang regalia kerajaan, beliau sangatlah menentukan dalam
penabalan sultan, karena penabalan itu haruslah dengan regalia kerajaan.
Engku putri pernah pula melakukan perjalanan ke beberapa daerah lain,
seperti ke Sukadana, Mempawah dan lain-lain untuk mempererat tali
persaudaraan antara kerajaan Riau dengan kerajaan yang dikunjunginya.
Tokoh ternama dari kerajaan Riau ini mangkat di pulau Penyengat bulan Juli tahun 1884.
Mesjid Raya Sultan Riau

Langganan:
Postingan (Atom)