Definisi kinerja dan penilaian kerja menurut beberapa ahli :
- Kinerja didefinisikan sebagai catatan outcomes yang dihasilkan pada fungsi atau aktivitas pekerjaan tertentu selama periode waktu tertentu (Bernardin & Russel, 1998).
- Penilaian kinerja merupakan proses di mana kontribusi karyawan terhadap organisasi selama periode tertentu dinilai (Fisher, et at, 1990).
- Menurut Dessler (2000), penilaian kinerja adalah (usaha) mengevaluasi kinerja karyawan pada saat ini dan masa lalu dikaitkan dengan standar kerjanya.
- Noe, et al, (2000) mendefinisikan pengertian kinerja yang lebih strategis, menurutnya penilaian kinerja hanya merupakan salah satu bagian dari proses manajemen kinerja secara luas. Manajemen kinerja adalah suatu proses di mana manajer yakin bahwa aktivitas dan output karyawan telah sesuai dengan sasaran organisasi.
- Pendifinisian kinerja
- Proses pengukuran kinerja
- Pemberian umpan balik informasi kinerja
1. Sebagai
dasar pengambilan keputusan,
2. Sebagai
dasar meramanlkan kinerja dengan cara mengkorelasikan hasil tes dengan hasil
penilaian kinerja.
3. Memberikan
umpan balik kepada karyawan, sehingga penilaian kinerja dapat berfungsi sebagai
wahana pengembangan diri dan pengembangan karier karyawan.
4. Bila
kebutuhan pengembangan pekerjaan dapat diidentifikasikan, maka penilaian
kinerja dapat membantu menentukan tujuan program pelatihan.
5. Jika
kinerja karyawan dapat ditentukan secara tepat, maka penilaian kinerja dapat
membantu mendiagnosis masalah organisasi.
Fungsi Penilaian Kinerja
Menurut Byars dan Rue (1997), fungsi penialaian
kinerja adalah untuk pembuatan keputusan administrative yang berkaitan dengan
promosi, pemberhentian, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan upah
berdasarkan atas jasa karyawan.
Fungsi lain dari penilaian kinerja adalah untuk
mendorong peningkatan kinerja. Dalam hal ini, penilaian kinerja digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan karyawan mengenai bagaimana mereka bekerja dan
sarana apa yang diperlukan untuk mengubah perilaku dan sikap, serta sarana
untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuan mereka.
Proses Penilaian Kinerja
Menurut Ivancevich (1992),
kemampuan menghasilkan data yang akurat dan reliable akan meningkatk jika
mengikuti suatu proses sistematis yang terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu :
a. Mengadakan
standar kinerja untuk setiap posisi dan criteria evaluasianya,
b. Mengadakan
kebijaksanaan evaluasi kinerja berkaitan dengan kapan penilaian dilakukan,
seberapa sering dan siapa yang harus menilai,
c. Memiliki
penilaian yang mengumpulkan data kinerja karyawan,
d. Memiliki
penilaian yang mengevaluasi kinerja karyawan,
e. Mendiskusikan
evaluasi tersebut dengan karyawan,
f. Membuat
keputusan dan menyimpan hasil evaluasi tersebut.
Dimensi kinerja atas karyawan yang dinilai disebut
dengan criteria evaluasi. Menurut Ivancevich (1992), suatu criteria yang
efektif harus memiliki karakteristik sebagao berikut :
a. Relevan.
Suatu pengukuran kinerja harus sesuai dengan output aktual.
b. Sensitivitas.
Suatu criteria harus dapat mencerminkan perbedaan antara orang yang berkinerja
tinggi dan yang berkinerja rendah.
c. Praktis.
Kriteria harus mudah diukur, dan pengumpulan data dilakukan secara efisien.
Menurut Ivancevich (1992), beberapa pertimbangan
yang dapat digunakan dalam menentukan waktu pelaksanaan penilaian kinerja,
yakni :
a. Dapat
dilakukan secara arbitari, artinya waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat
ditentukan secara sembarang.
b. Setiap
karyawan dievaluasi dengan jadwal tunggal.
c. Jadwal
evaluasi adalah pada suatu saat penyelesaian dari suatu siklus tugas.
Beberapa pihak yang dijadikan sebagai penilai dalam
menilai kinerja karyawan antara lain :
a. Dinilai
dari suatu komite dari beberapa atasan
b. Dinilai
oleh teman kerja (Peer)
c. Dinilai
oleh bawahan
d. Dinilai
oleh orang dari luar (teknik reviu lapangan)
e. Dinilai
oleh diri sendiri (Self-evaluation)
f. Dinilai
dengan kombinasi pendekatan
g. Penilaian
kinerja 360o
Metode
Penilaian Kinerja
Neo, et al. (2000), mengemukakan sejumlah [endekatan
untuk megukur kinerja karyawan serta perbandingan secara menyeluruh diantara
kinerja karyawan sebagai berikut :
1. Pendekatan
Komparatif
Untuk mengukur kinerja berisikan
teknik-teknik yang menuntut penilai membandingkan individu dengan individu
lain. Terdapat tiga teknik yang masuk kedalam pendekatan ini, yaitu :
a. Ranking
b. Forced
Distribution
c. Paired
comparison (Pembandingan berpasangan)
2. Pendekatan
Atribut
Memusatkan perhatiannya pada sejauh
mana individu memiliki atribut tertentu (ciri atau sifat) yang diyakini
diperlukan untuk keberhasilan perusahaan.
3. Pendekatan
Keprilakuan
Tiga teknik yang termasuk ke dalam
pendekatan keperilakuan (Noe, et al. 2000), yaitu :
a. Insiden
kritis (Critical incidents)
b. Skala
penilaian berdasarkan perilaku (Behaviorally Anchored Ratting Scales/BARS)
4. Manajemen
Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives/MBO)
Lebih umum digunakan untuk
professional dan karyawan manajerial. Proses MBO secara khusus berisi
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tinjauan
pekerjaan dan kesepakatan
b. Pengembangan
standar kinerja
c. Penetapan
tujuan yang terarah
d. Diskusi
kinerja yang berkelanjutan
Hubungan
Antara Penghargaan dan Kinerja
Byars dan Rue (1997) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa prakondisi yang harus dipenuhi agar kita dapat mengimplementasikan
program upah untuk kinerja (pay-for-performanceprogram) secara berhasil,
seperti :
1. Percaya
pada manajemen.
2. Tidak
adanya hambatan untuk berkinerja.
3. Adanya
supervisor dan manajer yg terlatih baik.
4. Adanya
system pengukuran yang baik.
5. Kemampuan
untuk membayar.
6. Harus
jelas perbedaan antara biaya hidup, senioritas, dan merit.
7. Kebijaksanaan
upah secara keseluruhan dikomunikasikan dengan baik.
8. Adanya
jadwal penghargaan yang fleksibel.
Permasalahan
Dalam Penilaian dan Cara
Beberapa kesalahan dalam penilaian :
a. Kemurahan
hati/Kelonggaran (Leniency)
b. Kecenderungan
tengah
c. Kondisi
terakhir (Recency)
d. Efek
halo (Halo effect)
Menurut Bernardin & Russell
(1998), kesalahan-kesalahan penilaian di atas dapat muncul dalam dua cara
berbeda, yaitu sebagai hasil dari kesalahan yang tidak disengaja dalam
menetapkan nilai yang tidak akurat. Suatu pelatihan untuk meningkatkan keahlian
observasional dan kategorisasi penilai (frame-reference training) telah
terbukti dapat meningkatkan akurasi dan konsistensi penilai.
Kegiatan
Belajar 2 :Pengembangan Karir Karyawan
Pengertian
Perencanaan Karier
Dalam istilah manajemen karir berarti :
1. Rangkaian
kegiatan kerja terpisah tetapi berkaitan, memberikan kesinambungan,
keterntraman, dan arti dalam hidup seseorang;
2. Serangkaian
pengalaman peran yang diurut dengan tepat menuju kepada peningkatan tingkat
tanggung jawab, status, kekuasaan, imbalan, dan karier;
3. Semua
pekerjaan yang dikerjakan selama masa kerja sekarang.
Perencanaan karie merupakan suatu proses yang berkelanjutan
di mana seorang individu merancang sasaran karier dan mengidentifikasi semua
sarana dan prasana untuk mencapainya.
Cara Pengelolaan Karier
Seorang ahli bimbingan karier, John
I. Holland (dalam Invancevich, 1992), telah mengadakan studi dan mengemukakan
bahwa pilihan karier adalah suatu kejadian yang bersifat random, meskipun
kesempatan dapat memainkan peran.
Praktik perencanaan karier
organasasional mencakup penyesuaian cita-cita karier individu dengan peluang
yang tersedia dalam organisasi, dan jalur karier adalah konsekuensi dari
pekerjaan tertentu yang dikaitakan dengan paluang tersebut (Ivancevich, 1992).
Jalur karier merupakan serangkaian
aktivitas pengembangan yang melibatkan pendidikan, pelatihan dan penglaman
kerja, baik secara formal maupun informal yang membantu membuat seseorang mampu
memegang jabatan/pekerjaan yang lebih maju (Byars dan Rue, 1997).
Kerangka dari langkah dasar dalam jalur karier
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan
atau menegaskan kemabali kemampuan dan perilaku akhir dan pekerjaan target.
Oleh karena pekerjaan cenderung untuk berubah terus, adalah penting untuk
menentukan atau menegaskan persyaratan dan mereviunya secara periodik.
2. Memelihara
data karyawan untuk menjaga kelengkapan dan akurasi data. Karena minat dan sasaran
karier karyawan cenderung bergeser, catatan-catatan individu berkaitan dengan
keahlian, pengalaman dan sebagainya perlu selalu diperbarui.
3. Melaksanakan
perbandingan analisis kebutuhan yang
secara bersama-sama melihat individu dan pekerjaan yang ditargetkan. Menentukan
apakah individu dan pekerjaan yang ditargetkan cenderung sesuai.
4. Mengukur/mencocokkan
cita-cita karier karyawan, kebutuhan pengembangan, dan pekerjaan yang
ditargetkan yang dituntut oleh manajemen karier organisasional.
5. Mengembangkan
pelatihan kerja individu dan kebutuhan penddikan dengan menggunakan orientasi
aktivitas waktu. Mengidentifikasikan tindakan individu (kerja, pendidikan dan
pengalaman pelatihan) yang diperlukan individu untuk kemajuan pekerjaan yang
ditargetkan.
6. Cetak
biru altivitas jalur karier. Ini proses menciptakan cetak biru orientasi waktu
atau bagan untuk memberikan panduan individu.
Menghadapi
Career Plateu
Career Platue didefinisikan sebagai
suatu titik dalam suatu karier dimana kemungkinan tambahan promosi secara
hierarkis sangat rendah (Byars dan Rue, 1997).
Byars dan Rue (1997) berpendapat,
ada tiga tingkatan yang dapat membantu dalam mengelola proses taraf tidak ada
kemajuan dalam karier, yaitu:
1. Melindungi
karyawan yang berada pada taraf tidak ada kemajuan dalam karier agar tidak
masuk dalam kategori tidak efektif;
2. Mengintegrasikan
system informasi yang berkaitan dengan karier yang relevan (meningktakan
monitoring sehingga kemunculan masalah dapat dideteksi dan ditangani lebih
awal);
3. Mengelola
karyawan yang berada pada taraf tidak ada kemajuan karier yang tidak efektif
dan karyawan yang frustasi secara lebih efektif (obati masalah begitu muncul).
Byars dan Rue (1997), mengemukakan
minimal ada lima kemungkinan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi
tersebut , yaitu :
· Menyediakan
alat pengganti penghargaan.
· Mengembangkan
cara baru untuk membuat pekerjaan mereka saat ini lebih memuaskan.
· Revitalisasi
efek melalui penugasan kembali.
· Memanfaatkan
program pengembangan secara mandiri yang didasarkan pada kenyataan.
· Mengubah
sikap manajerial kearah peduli tehadap karyawan yang mencapai taraf tidak ada
kemajuan dalam karier.
Mengembangkan
Karier
Pengembangan karier dapat
didefinisikan sebagai :
1. Suatu
usaha formal, terorganisasi, dan terencana untuk mencapai keseimbangan antara
kebutuhan karier individu dan tuntutan angkatan kerja organisiasional, dan
2. Suatu
usaha yang terus menerus secara formal dilakukan oleh organisasi yang berfokus
pada pengayaan sumber daya manusia organisasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan
baik individu maupun organisasi.
Aktivitas sumber daya manusia tradisional lawan
focus pengembangan karier
Aktivitas
|
Fokus Tradisional
|
Fokus
Pengembangan Karier
|
·
Perencanaan sumber daya manusia
·
Pelatihan dan pengembangang.
·
Penilaian kinerja.
·
Perekrutan dan penempatan.
·
Kompensasi dan kesejahteraan.
|
·
Analisis pekerjaan, keahlian, tugas kini dan masa
mendatang.
·
Proyeksi kebutuhan.
·
Penggunaan data statistik.
·
Member peluang untuk belajar keahlian, informasi
dan sikap yang berkaitan dengan pekerjaan.
·
Menilai dan atau member reward.
·
Menyesuaikan kebutuhan organisasi dengan
kualifikasi individu.
·
Reward atas dasar waktu, produktivitas, bakat dan
sebagainya.
|
·
Tambahan informasi tentang interes individu,
preferensi dan senang terhadap data. Member informasi tentang jalur karier.
·
Menambah orientasi pertumbuhan individu.
·
Menambah rencana pengembangan dan perancangan
sasaran individu.
·
Menyesuaikan individu dan pekerjaan pada jumlah
variable termasuk interes karier karyawan.
·
Menambah aktivitas yang berkaitan dengan non
pekerjaan untuk di reward.
|
Merancang
Sistem Pengembangan Karier
Menurut Bernardin dan Russel
(1998), suatu sistem pengembangan karier yang efektif harus berusaha
mengintegrasikan serangkaian perencanaan karier individual dan aktivitas
manajemen karier organisasional yang melibatkan karyawan, manajemen dan
organisasi.
Berbagai komponen karier (aktivitas
dan alat) tersedia untuk digunakan organisasi, meliputi :
1. Alat-alat
penilaian sendiri (misal,workshop perencanaan karier, career workshop)
2. Konseling
individual;
3. Servis
informasi (missal, system posting pekerjaan, inventori keahlian, tangga atau
jalur karier, pusat sumber karier dan format komunikasi lain);
4. Program
pekerjaan awal (missal, program sosialisasi antisipatori, rekrutmen realistik,
program oreintasi karyawan);
5. Program
penilaian organisasional (pusat penelitian, testing psikologis, perencanaan
suksesi),dan
6. Program
bersifat pengembangan (misal, pusat penialain, program rotasi pekerjaan,
pelatihan in-house, tuition-refund plands).
Menurut Byars dan Rue (1997),
menyatakan bahwa ada empat langkah dasar yang harus diikuti agar implementasi
program pengembangan karier berhasil , yaitu :
a. Penilaian
individu
b. Penilaian
organisasi
c. Mengomunikasikan
pilihan karier
d. Bimbingan
karier
Berikut adalah beberapa saran khusus, yang dikemukan
oleh Byars dan Rue (1997), untuk membantu para manajer agar dapat pembimbing
karier yang lebih baik, yaitu :
1. Temukan
batas-batas pembimbing karier.
2. Respect
confidentiality.
3. Menjalin
suatu hubungan.
4. Dengarkan
secara efektif.
5. Mempertimbangkan
altenatif.
6. Cari
dan sebarkan informasi.
7. Bantu
dengan mendifinisikan dan merencanakan sasaran.
Mondy dan Noe (1996), mengemukakan beberapa metode
yang biasa digunakan oleh organisasi dan di antaranya digunakan dengan berbagai
variasi dan kombinasi, yaitu :
a. Diskusi
atasan-bawahan.
b. Bahan-bahan
dari perusahaan.
c. Sistem
penilaian kinerja.
d. Workshop.
0 komentar:
Posting Komentar